Indonesia adalah tanah yang diberkahi oleh Allah, dihuni oleh umat dengan keanekaragaman suku, bahasa, dan agama. Di dalam rahmat-Nya, Sumpah Pemuda menjadi salah satu peristiwa monumental yang mempersatukan anak-anak bangsa dari berbagai latar belakang, dari berbagai penjuru tanah air.
Continue reading2045: Indonesia Emas, Cemas, atau Lemas?
Kita bicara tentang mimpi. Sebuah visi besar tentang Indonesia yang konon bakal jadi “emas” di usia 100 tahun kemerdekaannya.
Tapi apa itu “emas”? Apa yang dimaksud itu “cemas”? Atau malah membuat kita semakin “lemas”?
Seperti menenun kabut, kita membicarakan visi ini dalam terminologi gemerlap, tapi apa kita benar-benar paham? Mimpi itu bukan sekadar emas, bukan pula sekadar wacana. Mimpi itu soal nurani, soal iman, soal akhlak.
Continue readingGuru Alergi Buku
3,4 Juta Guru yang Lupa Membaca
Ada yang bergetar di dada saat kita bicara tentang guru. Gelar yang dibanggakan, disematkan di nama, berkilau dalam lencana. Tapi, apakah ada yang lebih penting dari itu? Guru bukan sekadar gelar, bukan sebatas titel yang menggema di ruang kelas. Guru adalah ruang bagi pengetahuan itu sendiri, jembatan antara ketidaktahuan dan makna. Namun, ada yang tergores dalam catatan perjalanan pendidikan ini. Banyak guru, yang seharusnya menjadi penimba ilmu, justru menjauh dari buku, alergi terhadap halaman-halaman pengetahuan.
Continue readingSemoga Aku Sebijak Tulisanku
Kata yang Terucap, Realitas yang Berjarak
Menulis kebaikan terasa mudah. Menguraikan kebijaksanaan, mengutip nasihat ulama, menata kata-kata indah yang beresonansi dengan nurani; semua itu hadir begitu saja, mengalir dengan ringan. Namun, dalam dunia nyata, kata-kata itu seakan berada di langit, jauh dari bumi yang harus saya pijak. Melakoni setiap nasihat yang terucap, mempraktikkan setiap nilai yang tertulis, rasanya seperti meniti jalan yang penuh kerikil tajam dan duri yang menjerat.
Continue readingDialektika Perasaan
Jangan Jadikan Perasaan sebagai Penguasa
Dalam hidup ini, emosi hadir sebagai tamu yang tiba-tiba, mengetuk tanpa aba-aba, menyelinap tanpa diundang. Marah, senang, sedih, gembira; semuanya datang dan pergi seperti ombak yang menghantam dan mengempas, kadang menghantam kuat, kadang hanya mengelus pantai jiwa kita. Namun, bukankah yang lebih bijak adalah menyambut emosi ini dengan adab, bukan membiarkan mereka menjadi penguasa yang semena-mena?
Continue reading