Bukan Dewa-Dewa, tapi Tuhan yang Maha Esa
Bangsa ini mengenal satu nama besar sebagai kompas pendidikannya. Ki Hajar Dewantara. Pemerintah menobatkannya sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Falsafahnya dihafal di luar kepala oleh para guru dan calon guru: Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan. Indah, dan tidak ada yang salah dengan itu.
Dia lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Nama yang ningrat, nama yang Jawa. Lalu dia menanggalkan kebangsawanannya, memilih menjadi rakyat biasa, dan menyematkan nama baru di dadanya: Ki Hajar Dewantara. Mungkin tidak banyak yang berhenti sejenak untuk menguliti arti nama itu. Padahal, nama adalah doa.
Continue reading