Impotensi Abad 21

Mengotopsi Dunia

Jadi, Anda merekam sebuah pembantaian. Anda menekan tombol upload. Lalu apa? Anda pikir denyut jantung Anda yang berdebar saat merekam itu akan memicu denyut jantung dunia? Pikiran yang naif. Itulah problem mendasar abad ke-21: kita punya teknologi untuk menyiarkan kebenaran secara real-time, tapi kita kehilangan kapasitas untuk mencerna kebenaran itu.

Continue reading

Membela Ibu Rumah Tangga

Lebih Dari Sekadar Status di KTP

Guru itu pahlawan tanpa tanda jasa. Katanya. Kita semua setuju. Mereka mencerdaskan anak-anak bangsa di dalam kelas-kelas yang pengap, dengan gaji yang seringkali tidak seberapa.

Tapi ada pahlawan lain. Pahlawan yang lebih sunyi. Pahlawan yang melahirkan dan membesarkan para guru, para insinyur, para presiden, bahkan para pahlawan itu sendiri.

Continue reading

Setelah 80 Tahun dan 680 Hari: Perlukah Proklamasi Ulang?

Dari Sabang Sampai Gaza

Tujuh belas Agustus tahun dua ribu dua puluh lima. Catat tanggal itu. Di seluruh penjuru negeri, dari Sabang sampai Merauke, spanduk-spanduk akan terpasang. Tiang-tiang bendera akan berdiri gagah. Indonesia akan berusia 80 tahun. Sebuah angka yang bulat, sebuah usia yang matang.

Di hari yang sama, di secuil tanah bernama Gaza, sebuah genosida sudah berjalan 680 hari. Angka yang ganjil, angka yang berdarah. Di sana, nyawa manusia lebih murah dari nyawa nyamuk yang berdengung di telinga kita saat malam hari.

Continue reading