(Disclaimer: Bad Genius bukanlah film islami.)
Bad Genius adalah sebuah film yang berputar di antara kecerdasan, ambisi, dan moralitas. Film ini, dengan cara yang elegan namun tajam, membawa kita pada dunia di mana tekanan akademis begitu berat hingga mendorong murid-murid cerdas ke jalan yang salah. Dalam ketegangan dan drama yang terjalin rapi, kita diperlihatkan bagaimana sistem yang kaku bisa menyesatkan, bagaimana kreativitas terperangkap dalam batasan, dan bagaimana hubungan manusia sering kali terabaikan di tengah kompetisi yang sengit.
Lynn, tokoh utama, adalah gambaran anak muda yang pintar namun tersesat oleh ambisi. Ia menggunakan kejeniusannya untuk membantu teman-temannya menyontek, sebuah keputusan yang didorong oleh tekanan dan keinginan untuk membuktikan diri. Di balik semua itu, ada renungan mendalam tentang makna pendidikan, tentang kejujuran yang perlahan terkikis oleh tuntutan hasil, dan tentang bagaimana tekanan bisa memaksa seseorang keluar dari jalur yang benar.
Film ini bukan sekadar cerita tentang kecurangan, tapi juga tentang pencarian makna, tentang bagaimana kita memahami batas antara benar dan salah di tengah sistem yang terkadang terlalu keras. Saya, sebagai guru, merasa tersentuh oleh kisah ini. Dalam diam, saya merenung, bertanya-tanya: apa yang salah dari cara kita mendidik? Bagaimana kita bisa mencegah murid kita dari memilih jalan yang keliru?
Allah berfirman, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…” (QS. Al-Baqarah: 286). Namun, sistem yang ada sering kali melupakan ini. Kita, sebagai guru, mungkin tanpa sadar menambah beban itu, memaksa murid berlari tanpa henti mengejar angka-angka. Padahal, pendidikan seharusnya bukan hanya soal angka, melainkan proses perjalanan memahami kehidupan. Angka hanyalah bayangan, esensinya adalah bagaimana murid tumbuh sebagai manusia yang seimbang antara akal dan hati.
Rasulullah SAW bersabda, “Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada ketenangan…” (HR. Tirmidzi). Kejujuran adalah pondasi, tapi sering kali ia rapuh di tengah tuntutan duniawi. Film ini menggugah kesadaran saya bahwa kejujuran harus menjadi inti, bukan hanya aturan formal. Sebagai guru, kita harus menunjukkan bahwa kejujuran lebih berharga daripada nilai tinggi yang diraih dengan cara curang. Kejujuran harus hadir dalam setiap langkah, setiap kata, menjadi cerminan dari hati yang tenang.
Allah mengingatkan dalam Al-Quran, “Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9). Kreativitas adalah bagian dari pengetahuan yang tak terbatas. Namun, sering kali, kita terjebak dalam sistem yang membelenggu pemikiran murid. Mereka seperti burung dalam sangkar, terbang namun tak ke mana-mana. Tugas kita adalah membuka sangkar itu, memberi mereka ruang untuk mengepakkan sayapnya, menemukan arah mereka sendiri. Pendidikan seharusnya merdeka, membebaskan pikiran, dan membiarkan kreativitas tumbuh tanpa batas dengan tuntunan syariat.
Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam kelembutan dan kasih sayang. Beliau mengajarkan bahwa hubungan adalah jembatan antara dua hati. Dalam pendidikan, hubungan antara guru dan murid seharusnya lebih dari sekadar formalitas. Kita perlu hadir dengan hati yang terbuka, mendengarkan dengan tulus, merangkul dengan empati. Film ini mengingatkan bahwa jarak yang tercipta bukan hanya fisik, tetapi juga emosional. Dan tugas kita adalah meruntuhkan jarak itu, membangun jembatan yang menghangatkan.
Setelah menonton film Bad Genius, saya merasa ada banyak yang harus direnungkan. Pendidikan bukan hanya soal mengejar prestasi, tapi tentang membentuk jiwa yang kuat dan berkarakter. Sebagai guru, saya harus memastikan bahwa murid-murid saya tumbuh menjadi manusia yang utuh—yang berintegritas, yang jujur, yang kreatif, yang tahu kapan harus melangkah, kapan harus berhenti, kapan harus berbelok. Dalam setiap keputusan, dalam setiap langkah, kita harus berpegang pada nilai-nilai yang diajarkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah.
Film Bad Genius adalah cermin bagi kita semua, sebuah pengingat bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya mengejar angka, tetapi juga menumbuhkan jiwa-jiwa yang luhur. Sebagai guru, saya menyadari bahwa tanggung jawab saya bukan hanya mengajar, tetapi juga membimbing, mengarahkan, dan menjaga agar murid tetap di jalan yang benar, jalan yang diridhoi Allah ta’ala. Tugas saya adalah memastikan bahwa pendidikan berjalan dengan keseimbangan antara ilmu dan akhlak, antara prestasi dan kejujuran, antara kreativitas dan ketenangan jiwa.