Let Go. Dua kata sederhana yang mengandung konsep besar. Pat Flynn menuliskan buku ini dengan satu prinsip dasar: keberanian melepaskan. Dia berbicara tentang melepaskan apa yang kita anggap stabil, aman, mapan, demi mengejar sesuatu yang mungkin lebih bermakna. Sebuah ide yang sederhana, namun menantang bagi mereka yang tercekat dengan rutinitas.
Sebagai seorang ayah dan guru, saya membaca buku ini dengan kacamata tanggung jawab. Bukan sekadar tanggung jawab moral, tapi juga keberanian untuk mempertanyakan, membebaskan, dan mendidik dengan cara yang lebih terbuka.
Tanggung Jawab Seorang Ayah: Belajar Melepaskan
Apa yang sebenarnya kita jaga sebagai ayah? Kita sering merasa punya kewajiban melindungi anak dari semua bahaya, kesalahan, atau bahkan kegagalan. Tapi, apakah itu perlindungan atau justru bentuk kontrol keterlaluan? Allah menekankan pentingnya pendidikan keluarga dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6). Ini bukan hanya soal melindungi, tetapi mendidik agar mereka berani menghadapi realitas hidup.
Let Go mengajak kita untuk sedikit mengendurkan kendali. Bukan lepas tangan, tapi memberi ruang bagi anak-anak untuk memahami risiko, kegagalan, bahkan rasa sakit. Belajar dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam QS. Ash-Shaffat: 102, keberanian itu tidak sekadar menahan rasa takut, tapi menghadapi ujian dengan tangan terbuka. Bagaimana mungkin kita, sebagai orang tua, bisa mengajarkan ini tanpa membiarkan mereka merasakan apa itu risiko dan tanggung jawab?
Anak dan Keberanian untuk Berkembang
Melepaskan kontrol bukan berarti abai. Ini tentang keberanian seorang ayah untuk melihat anak-anaknya sebagai individu yang memiliki potensi, bahkan untuk membuat kesalahan. Dalam ucapan yang populer, “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya…” kita diajak untuk menyesuaikan cara pandang kita. Apakah benar kita sudah menyiapkan mereka untuk zaman mereka? Atau justru memaksakan ketakutan dan kekhawatiran kita sendiri?
Keberanian dalam Let Go bisa diartikan sebagai keberanian untuk tidak berlebihan dalam mengatur. Anak-anak harus merasakan bagaimana rasanya jatuh, gagal, dan menemukan jalannya sendiri. Tugas kita bukan untuk mengatur setiap langkahnya, melainkan untuk mempersiapkan mereka agar bisa mengambil langkah itu sendiri.
Menjadi Guru yang Menginspirasi Keberanian Berpikir
Sebagai guru, tantangan kita adalah melepaskan pola mengajar yang semata-mata berbasis instruksi dan aturan. Dalam QS. At-Taubah: 105, Allah berfirman, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu…” Apa artinya ini? Artinya kita harus mendorong murid untuk bertindak, berpikir mandiri, bukan sekadar mengikuti.
Let Go menawarkan perspektif baru: melepaskan gaya mengajar yang terlalu kaku dan memberi ruang bagi murid untuk mengambil inisiatif. Proses belajar seharusnya tidak menjadi ruang yang kaku, tetapi arena eksperimen dan keberanian. Ilmu, kata imam Malik, adalah cahaya. Dan cahaya ini tidak dimiliki oleh guru saja; tugas guru adalah menyalakannya di dalam diri tiap murid.
Praktik “Let Go” dalam Kehidupan Sehari-hari
Apa yang kita terapkan dari buku ini? Sebagai ayah, saya menyadari perlunya keberanian untuk memberi anak-anak saya ruang agar berani mengambil risiko. Sebagai guru, saya merasa harus lebih membuka ruang bagi murid untuk merasakan kesalahan mereka sendiri. QS. Ar-Ra’d: 11 mengingatkan kita, “Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” Maknanya jelas: perubahan dimulai dari keberanian kita untuk melepaskan kontrol.
Berani Melepaskan Demi Pembebasan Diri
Buku Let Go bukan sekadar panduan bagi mereka yang ingin meninggalkan pekerjaan. Ini adalah prinsip hidup, prinsip keberanian, untuk membiarkan hidup berjalan dengan sendirinya. Baik sebagai ayah maupun guru, saya menemukan bahwa keberanian untuk “melepaskan” bukan berarti menyerah atau lepas tangan. Justru, ini adalah bentuk kontrol yang paling bijak. Melepaskan untuk memberi ruang, untuk mendidik dengan kesadaran penuh, agar anak dan siswa kita tumbuh sebagai individu yang mandiri dan siap menghadapi dunia.