by

Setahun Badai Al-Aqsho

Tanggal yang Mengguncang Nurani Dunia

Tepat setahun lalu, pada 7 Oktober 2023, dunia Islam dikejutkan oleh sebuah peristiwa besar: Al-Aqsa Flood atau Bagai Al-Aqsho. Bukan sekadar konflik bersenjata, namun sebuah momentum sejarah yang menyatukan seluruh umat, menyulut semangat dan menggerakkan banyak jiwa untuk satu tujuan; kebebasan bagi Palestina, dan khususnya bagi Baitul Maqdis, kota suci umat Islam. Saat HAMAS meluncurkan serangan yang menembus pusat militer negara ilegal Israel, dunia Islam dan masyarakat dunia tersentak dan bersorak dalam semangat yang tidak tertahankan. Suatu kebangkitan bagi mereka yang terpinggirkan dan tertindas.

“Dan barang siapa yang berjuang, maka sesungguhnya perjuangan itu untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.” (QS. Al-Ankabut: 6)

Bangkitnya Dukungan Global

Dukungan bagi Palestina tidak hanya datang dari negara-negara tetangga seperti Lebanon, Yaman, Irak, dan Iran, tetapi juga dari seluruh dunia. Dari Asia hingga Amerika, aksi solidaritas, doa, dan donasi mengalir untuk Gaza. Perlawanan Palestina ini menggugah simpati di seluruh dunia, membangkitkan gelombang dukungan dari banyak kalangan yang selama ini terdiam. Mereka berjuang dengan apa yang mereka miliki: sebagian dengan senjata, sebagian lagi dengan dana, dan tak sedikit pula yang melawan dengan suara di jalanan, di media sosial, bahkan di forum-forum internasional. Semua mengarah pada satu seruan yang jelas: kebebasan bagi Palestina.

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS. Ali Imran [3]: 103)

Runtuhnya Keangkuhan Zionis Yahudi Israel

Apa yang terjadi pada tanggal bersejarah itu menyingkap wajah sebenarnya dari penjajah Zionis Yahudi Israel, negara yang selama ini diklaim memiliki kecanggihan militer dan intelijen yang tidak tertembus. Dengan segala perangkat pertahanannya yang modern, Zionis Yahudi Israel gagal mencegah serangan dari sebuah kelompok yang diblokade selama puluhan tahun. Dunia menyaksikan bagaimana klaim keunggulan militer itu berubah menjadi bahan olok-olok ketika akhirnya harus berhadapan dengan semangat juang yang tidak bisa dihancurkan oleh senjata paling canggih sekalipun.

Zionis Yahudi Israel, yang menganggap diri sebagai negara adidaya di kawasan itu, kini harus berhadapan dengan kenyataan bahwa keangkuhan dan kedigdayaan material tidak akan pernah mampu mengalahkan tekad dan iman. Kesombongan mereka runtuh di hadapan dunia.

“Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)

Persatuan yang Dirindukan

Seluruh mujahidin di Gaza menyadari bahwa kemerdekaan memiliki harga yang sangat mahal. Di tengah blokade, serangan brutal, dan genosida yang dilakukan Zionis Yahudi Israel kepada warga sipil, mereka tetap tidak bergeming. Pejuang-pejuang Palestina ini berjuang dalam satu barisan, satu komando, satu visi. Untuk pertama kalinya, kita melihat persatuan yang begitu luar biasa di antara para fraksi perlawanan. Perang menjadi satu-satunya jalan, karena opsi diplomasi sudah tidak lagi membawa harapan.

“Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; mereka membunuh atau terbunuh…” (QS. At-Taubah: 111)

Genosida: Wajah Asli Si Pengecut

Ketika tidak mampu mengalahkan perlawanan ini secara militer, Zionis Yahudi Israel beralih pada tindakan brutal. Serangan terhadap rakyat sipil, penghancuran fasilitas umum, hingga genosida, semua mereka lakukan dalam upaya membungkam suara-suara yang bangkit dari Gaza. Mereka menghancurkan sekolah-sekolah, masjid, dan rumah-rumah sakit, dengan harapan bisa memadamkan api perlawanan ini.

Namun, tindakan ini justru melahirkan keberanian baru di hati rakyat Palestina. Semangat perlawanan tidak padam, justru semakin berkobar, menular ke seluruh pelosok negeri. Mereka tahu, bahwa perang suci ini hanya bisa dijalani dengan kesabaran dan ketabahan yang berlipat ganda.

“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Api Jihad Merambat Hingga Tepi Barat

Tak hanya Gaza, Tepi Barat pun tidak mau tinggal diam. Di sana, rakyat Palestina juga bangkit, bersatu dalam barisan yang sama, membawa pesan yang sama. Mereka melihat bahwa tidak ada lagi ruang untuk ketakutan dan keraguan. Mereka tahu, bahwa perjuangan ini adalah jalan menuju kebebasan yang sesungguhnya, meski harus ditebus dengan harga yang teramat mahal.

Di Tepi Barat, rakyat Palestina bergerak, menghadapi ketidakadilan yang selama ini mereka derita. Kebersamaan dan solidaritas antara Gaza dan Tepi Barat menjadi sinyal bagi dunia bahwa ini adalah perjuangan seluruh bangsa Palestina.

“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri’?” (QS. Fussilat: 33)

Dukungan Tak Berbatas dari Negara Tetangga

Tidak hanya dari dalam Palestina, dukungan juga mengalir dari negara-negara Islam. Lebanon, Yaman, Irak, dan Iran tidak sekadar menyampaikan dukungan politik, mereka mengirimkan bantuan nyata. Mereka menyuarakan keberanian dan solidaritas, menyatukan barisan untuk melawan kedzaliman yang selama ini menindas rakyat Palestina. Rudal dan roket yang diluncurkan dari wilayah-wilayah ini mengarah pada satu tujuan yang sama: kebebasan Palestina.

Bagi mereka, perlawanan ini bukan hanya urusan Gaza atau Palestina. Ini adalah amanah bagi seluruh umat Islam, sebuah tanggung jawab untuk menegakkan keadilan dan melawan kedzaliman.

“Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

Sebuah Sinyal bagi Dunia

Setahun ini, adalah satu sinyal yang jelas bagi dunia. Bahwa kekuatan militer, teknologi, dan dominasi politik bukanlah segalanya. Bahwa ketidakadilan tidak akan bertahan di hadapan keteguhan iman. Bahwa mereka yang memperjuangkan kebenaran akan selalu mendapat pertolongan dari Allah.

Setiap pengorbanan yang terjadi adalah investasi bagi masa depan. Perjuangan ini bukanlah beban satu bangsa, tetapi tanggung jawab setiap jiwa yang mencintai keadilan dan membenci kedzaliman.

Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.” (QS. At-Talaq: 2)

Dan bagi mereka yang selama ini berdiam diri, momen ini adalah panggilan. Sebuah panggilan untuk bangkit, untuk mengambil bagian dalam perjuangan suci yang tak akan pernah padam. Setiap langkah, setiap dukungan, adalah bentuk cinta pada keadilan dan pengakuan bahwa suatu hari, kemenangan akan datang bagi mereka yang sabar dan percaya pada pertolongan-Nya.

Jalan Panjang Kemerdekaan Baitul Maqdis

Setahun Al-Aqsa Flood ini hanyalah awal dari perjalanan panjang menuju kebebasan yang sejati. Setiap tetesan darah dan air mata yang tertumpah adalah bagian dari jalan menuju kemerdekaan Baitul Maqdis. Umat Islam di seluruh dunia berharap, suatu hari nanti mereka dapat berkumpul dan sholat berjamaah dengan damai di Masjid Al-Aqsa, tanpa bayang-bayang ketakutan, tanpa ketidakadilan yang membelenggu.

Itu adalah janji bagi mereka yang bertahan, yang tidak pernah lelah untuk bangkit, dan yang yakin bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan mereka.

Dan kemenangan itu bukan sekadar mimpi. Itu adalah visi yang terus mendekat.

Write a Comment

Comment