by

Mengenal Syaikh Ahmad Yassin

Ketika saya pertama kali membaca biografi Syaikh Ahmad Yassin, ada perasaan yang tidak bisa saya abaikan. Sebagai seorang ayah dan guru, saya merasakan getaran yang mendalam dari kisah hidup beliau. Syaikh Ahmad Yassin bukan hanya seorang pemimpin perlawanan, tetapi juga sosok yang memadukan antara ilmu, iman, dan perjuangan dengan begitu sempurna. Bagaimana seorang yang lumpuh total sejak usia 12 tahun bisa menjadi penggerak utama bagi rakyat Palestina dan simbol perlawanan dunia Islam?

Jawabannya terletak pada kekuatan iman, keyakinan yang kokoh, dan tekad yang tidak pernah padam.

Dari Kesederhanaan Menuju Ketinggian Ruhani

Syaikh Ahmad Yassin lahir pada 1936 di desa Al-Jura, Palestina, dari keluarga yang sederhana. Ketika kita bicara tentang pemimpin, sering kali kita membayangkan mereka lahir dari lingkungan yang kaya dan berkuasa. Namun, Syaikh Ahmad Yassin adalah pengecualian. Dari kecil, ia sudah merasakan pahitnya penjajahan dan pengungsian akibat konflik dengan Israel. Kehidupan yang keras ini membentuknya menjadi pribadi yang tangguh, meskipun fisiknya terbatas.

Al-Qur’an mengajarkan, “Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah: 155). Syaikh Ahmad Yassin, yang kehilangan kebebasan bergerak karena lumpuh, justru menjadikan keterbatasan itu sebagai medan sabar dan perjuangan. Dalam keadaan lumpuh, ia terus belajar, mendalami Islam, filsafat Islam, dan politik.

Dari sinilah lahir pemikiran Syaikh Ahmad Yassin yang mendalam tentang pentingnya perjuangan dalam segala bentuknya.

Menyulut Api Perlawanan dari Masjid

Sebagai seorang guru, Syaikh Ahmad Yassin menyadari bahwa perlawanan tidak selalu harus dimulai dengan senjata. Ia memulainya dari masjid-masjid, dari khutbah-khutbahnya yang penuh semangat. Syaikh Ahmad Yassin menginspirasi ribuan pemuda Palestina untuk bangkit, tidak hanya secara fisik, tetapi juga secara spiritual. Baginya, kekuatan umat terletak pada iman yang kokoh dan keinginan yang kuat untuk menegakkan kebenaran.

Pada 1987, ia mendirikan HAMAS, sebuah gerakan yang lahir dari keprihatinannya terhadap nasib Palestina yang terus berada di bawah penjajahan. Dalam khutbahnya, Yassin sering menekankan pentingnya jihad, tetapi jihad dalam pandangannya tidak semata-mata perang fisik. Jihad adalah perjuangan melawan ketidakadilan dalam segala bentuknya. Sebagaimana firman Allah: “Dan berperanglah kamu di jalan Allah, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 244).

Syaikh Ahmad Yassin memandang perlawanan sebagai bagian dari ibadah, dan ia berusaha mendidik generasi muda untuk memahami bahwa perjuangan adalah bagian dari amanah Allah.

Kesyahidan sebagai Puncak Perjuangan

Pada 22 Maret 2004, setelah menyelesaikan shalat Subuh, Syaikh Ahmad Yassin syahid dihantam rudal yang diluncurkan oleh helikopter Zionis Yahudi Israel. Dunia terhentak, tetapi bagi Syaikh Ahmad Yassin, kematian itu adalah jalan menuju kemenangan. Sejak dulu, dia telah siap dengan risiko ini. Dalam banyak kesempatan, dia menekankan bahwa seorang mujahid sejati tidak takut pada kematian, karena kematian di jalan Allah adalah puncak kemuliaan.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim). Bagi Syaikh Ahmad Yassin, dunia ini adalah medan perjuangan yang penuh ujian. Dia menghadapinya dengan senyum tipis dan keikhlasan yang dalam.

Warisan yang Abadi

Sebagai seorang ayah dan guru, kisah hidup Syaikh Ahmad Yassin mengajarkan saya banyak hal. Bahwa tugas kita sebagai orang tua dan pendidik bukan hanya membimbing anak-anak dalam meraih kesuksesan duniawi, tetapi juga menanamkan nilai-nilai keberanian, keteguhan, dan keikhlasan dalam menghadapi tantangan hidup. Syaikh Ahmad Yassin telah mewariskan kepada kita semua pelajaran bahwa meski tubuh kita terbatas, jiwa kita bisa melayang tinggi, melampaui segala keterbatasan fisik.

Warisan Syaikh Ahmad Yassin bukanlah harta atau kekayaan materi, tetapi semangat perjuangan yang terus menyala. HAMAS yang dia dirikan, hingga kini, tetap menjadi simbol perlawanan Palestina, bukan hanya terhadap Zionis Yahudi Israel, tetapi terhadap ketidakadilan global. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantikan yang lebih baik” (HR. Ahmad). Yassin meninggalkan dunia dengan kemuliaan, dan Allah menggantikannya dengan warisan yang abadi di hati umatnya.

Penutup

Mengenang Syaikh Ahmad Yassin adalah mengenang seseorang yang hidupnya dipenuhi oleh cinta pada kebenaran dan keadilan. Dia adalah bukti nyata bahwa perjuangan untuk menegakkan kalimat Allah tidak dibatasi oleh kondisi fisik. Ahmad Yassin telah mengajarkan kita bahwa meskipun tubuh kita lemah, tetapi dengan iman yang kuat, kita bisa mengguncang dunia. Semoga Allah memberikan tempat terbaik baginya di surga-Nya yang luas.

Write a Comment

Comment