by

Lima D untuk Satu G

Mengapa Gaza?

Kita hidup di dunia yang semakin terpolarisasi, dengan kezaliman yang mengakar di banyak tempat. Gaza Palestina adalah salah satu contoh nyata dari ketidakadilan global yang terpampang sangat jelas di mata dunia. Masjid Al-Aqsho, tempat yang menjadi simbol bagi umat Islam di seluruh dunia, kini dikuasai oleh penjajah zionis yahudi israel yang melakukan pembantaian genosida dan kejahatan perang paling biadab dalam sejarah umat manusia. Di saat yang sama, kita sering terjebak dalam rutinitas sehari-hari, melupakan bahwa ada perjuangan besar yang sedang berlangsung. Tanpa gerakan, tanpa kesadaran kolektif, kita selamanya akan menjadi umat pecundang.

Lima langkah yang kita butuhkan untuk mulai melakukan sesuatu bukanlah langkah biasa. Ini adalah langkah-langkah nyata yang bisa kita ambil untuk membebaskan Al-Quds dan mengembalikan kehormatan umat Islam. Lima D: Doa, Demonstrasi, Donasi, Djoeang, dan Didik; untuk satu G: Gaza. Setiap langkah ini adalah bagian dari upaya untuk mengubah nasib, bukan hanya bagi Palestina, tetapi juga untuk umat Islam di seluruh dunia.

Doa: Senjata yang Tidak Terlihat

Doa adalah senjata yang paling sering diremehkan, padahal itu adalah instrumen paling kuat yang kita miliki. Kita tidak berdoa untuk kebaikan saja, tetapi juga untuk menegaskan keyakinan kita bahwa segala sesuatu di dunia ini berada di tangan Allah. Doa bukan sekadar permohonan, itu adalah penyerahan diri kita kepada takdir-Nya. Doa adalah pengakuan bahwa kita tidak akan pernah bisa sendiri dalam perjuangan ini. Kita membutuhkan bantuan dari Allah ,Sang Tuhan Maha Berkehendak, untuk menyelesaikan urusan yang lebih besar daripada kita.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku memperkenankan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku.” (QS. Al-Baqarah: 186). Itu adalah janji Allah. Ketika kita berdoa untuk Palestina, kita mengakui bahwa segalanya berada dalam kekuasaan Allah, dan melalui doa, kita memperkuat ikatan kita dengan-Nya.

Rasulullah Muhammad ﷺ juga menegaskan bahwa doa adalah ibadah. “Doa adalah ibadah,” (HR. At-Tirmidzi). Ini berarti, doa bukan hanya sekadar permintaan yang ditujukan kepada Allah, tetapi juga adalah bentuk ibadah, bagian dari proses penghambaan kita kepada-Nya. Tidak ada usaha yang lebih besar dalam setiap perlawanan, selain kita berdoa dengan penuh keyakinan bahwa doa kita akan didengar. Kita berdoa agar Baitul Maqdis bisa merdeka, agar Masjid Al-Aqsho kembali ke pangkuan kaum muslimin, serta agar HAMAS dan mujahidin lainnya diberi kekuatan untuk terus berjuang.

Demonstrasi: Mengangkat Suara di Jalanan

Namun, doa saja tidak cukup. Seperti yang kita tahu, perjuangan ini harus melibatkan tindakan yang lebih konkret, lebih fisik. Dan demonstrasi adalah salah satu cara yang paling efektif untuk menunjukkan bahwa kita peduli. Demonstrasi bukan hanya sekadar turun ke jalan, tetapi sebuah pernyataan bahwa kita tidak akan membiarkan Palestina jatuh begitu saja. Kita tidak bisa hanya menunggu perubahan datang dengan sendirinya. Perubahan datang ketika kita memaksa dunia untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Allah berfirman, “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah: 190). Demonstrasi adalah salah satu bentuk jihad kita. Bukan hanya soal mengecam kekerasan, tetapi soal menyuarakan keadilan. Saat kita turun ke jalan, kita menunjukkan dunia bahwa kita menuntut hak yang telah dirampas. Itu adalah cara kita untuk membangkitkan kesadaran umat Islam dan dunia bahwa Palestina sedang dijajah.

Setiap kali kita turun ke jalan, kita memperlihatkan bahwa kita bersatu, bahwa kita tidak bisa terus mendiamkan penderitaan ini. Ketika kita bersuara, kita membuat dunia mendengarkan kita. Di sinilah kita menunjukkan bahwa tidak ada jalan bagi pembersihan etnis ini untuk terus berlanjut. Demonstrasi adalah bentuk paling mendasar dari solidaritas kita, dan solidaritas itulah yang kita butuhkan untuk menghadapi tantangan besar ini.

Donasi: Langkah Nyata untuk Perubahan

Donasi adalah kontribusi nyata yang bisa kita lakukan untuk mendukung perjuangan Palestina. Bukan hanya soal uang, tetapi soal bagaimana kita memberikan apa yang kita miliki untuk tujuan yang lebih besar. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar bahwa yang lebih penting adalah niat. Ya, niat memang penting, tetapi kita juga harus mewujudkan niat itu dalam tindakan. Donasi adalah salah satu tindakan nyata yang bisa membantu meringankan beban saudara-saudara kita di Gaza Palestina.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai terdapat seratus biji.” (QS. Al-Baqarah: 261). Setiap rupiah yang kita sumbangkan untuk Palestina adalah bagian dari perjuangan kita, dan Allah berjanji akan melipatgandakan balasan tersebut. Bahkan, sedikit yang kita beri bisa menjadi besar di sisi-Nya.

Rasulullah Muhammad ﷺ mengingatkan kita dalam sabdanya, “Tidak ada amal yang dianggap kecil apabila dilakukan dengan ikhlas.” (HR. Muslim). Di sini, ikhlas menjadi kunci. Dengan niat yang tulus, setiap kontribusi kita akan menjadi amal jariyah, bukan hanya untuk Al-Quds, tetapi juga untuk kehidupan kita yang akan datang. Donasi kita menjadi bagian dari usaha untuk memastikan bahwa perjuangan Gaza Palestina tetap hidup, bahwa mereka yang tertindas bisa terus bertahan.

Djoeang (Juang): Menggunakan Lisan untuk Perubahan

Perjuangan ini bukan hanya soal berbicara, tetapi soal berjuang dengan lisan, dengan kata-kata, dan dengan tindakan. Setiap perkataan yang kita sampaikan tentang Palestina adalah bagian dari jihad kita. Dalam hadits, Rasulullah Muhammad ﷺ mengatakan, “Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang adil di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud). Kita harus berbicara tentang Baitul Maqdis, tidak hanya dalam forum-forum publik, tetapi dalam percakapan sehari-hari. Setiap kesempatan untuk berbicara tentang Gaza Palestina adalah kesempatan untuk membuat dunia lebih sadar.

Perjuangan ini tidak terbatas pada aksi massa, tetapi juga pada bagaimana kita menjaga semangat perjuangan dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa berbicara, menulis, membagikan informasi, dan mengingatkan setiap orang di sekitar kita tentang apa yang sedang terjadi di bumi Al-Quds. Setiap kata yang kita ucapkan bisa menjadi bagian dari perjuangan yang lebih besar.

Jangan pernah berhenti berbicara, jangan pernah berhenti mengingatkan. Ingat, dunia itu mudah lupa. Kita harus memastikan bahwa Masjid Al-Aqsho tetap menjadi fokus perhatian kita. Setiap tindakan, setiap kata yang kita ucapkan, harus mengarah pada tujuan besar ini: membebaskan Baitul Maqdis yang tertindas.

Didik: Mencetak Generasi dengan Iman

Pendidikan adalah kekuatan terbesar yang kita miliki. Tidak ada perubahan tanpa pendidikan, tidak ada kebangkitan tanpa ilmu. “Barangsiapa yang menginginkan kebaikan untuk umatnya, maka Allah akan memberinya ilmu.” (HR. Al-Bukhari). Dalam konteks Palestina, pendidikan adalah alat untuk menanamkan pemahaman dan rasa tanggung jawab kepada generasi mendatang. Pendidikan bukan hanya tentang ilmu dunia, tetapi tentang menanamkan semangat jihad, semangat untuk memperjuangkan kebenaran, dan kesadaran bahwa Masjid Al-Aqsho adalah bagian dari identitas kita sebagai umat Islam.

Tidak cukup hanya dengan pendidikan formal di sekolah-sekolah. Pendidikan harus dimulai dari rumah, dari keluarga. Keluarga adalah tempat pertama di mana kita mengajarkan anak-anak kita untuk peduli terhadap dunia, untuk peduli terhadap Baitul Maqdis, dan untuk memahami bahwa perjuangan ini adalah bagian dari perjalanan umat Islam menuju kebebasan.

Kita membutuhkan generasi yang memiliki semangat jihad seperti Umar bin Khattab, seperti Salahuddin Al-Ayyubi, seperti Muhammad Al-Fatih yang berjuang dengan gigih untuk membebaskan Al-Quds. Generasi ini harus dibentuk sejak dini, bukan hanya dengan mengajarkan mereka matematika dan bahasa asing saja, tetapi juga dengan mengajarkan mereka nilai-nilai keberanian, keadilan, dan keteguhan hati.

Waktunya untuk Bertindak

Sampai kapan Masjid Al-Aqsho dikuasai oleh tangan-tangan najis bangsa kera dan babi? Sampai kapan umat ini menjadi buih dan santapan musuh-musuh Islam?

Sudah saatnya umat 2 milyar ini bangun dari tidur panjangnya. Waktunya untuk berwudhu dan melakukan sholat tobat. Momen 7 Oktober 2023 membuka tabir kemunafikan dunia dan menghancurkan ilusi tentang hegemoni dunia barat. Bahwa di kota kecil Gaza ada pasukan perlawanan yang sanggup bertahan meski dibombardir oleh roket dan drone canggih buatan amerika serikat dan para sekutunya.

Bergerak!

Berbuat!

Jangan sampai nanti kita hanya bisa tertunduk malu saat anak-cucu bertanya tentang Masjid Al-Aqsho. Jangan sampai kelak kita diam membisu ketika di akhirat Allah bertanya tentang Baitul Maqdis.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali mereka mengubah nasib mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11).

Write a Comment

Comment