by

Kritik Itu Obat Itu Pahit

Hidup ini penuh dengan warna, kawan. Kadang kita serasa terbang di atas awan, kadang kita tersungkur di lumpur kehidupan. Dalam perjalanan ini, ada satu hal yang selalu hadir, entah dengan cara yang halus atau keras: kritik. Kritik itu bisa datang seperti bisikan lembut yang mengingatkan, atau mungkin dengan keras seperti tamparan yang membuat kita terjaga. Dan, kita tahu, kritik itu pahit. Tapi, bukankah obat yang paling mujarab seringkali terasa paling pahit?

Kritik adalah tanda perhatian, bukti bahwa seseorang peduli pada kita. Ketika kita salah, wajar untuk disalahkan, dinasihati, atau bahkan dihujat. Rasulullah bersabda, “Agama itu nasihat.” (HR. Muslim). Nasihat bukan selalu berupa untaian kata manis, tapi juga bisa berupa kritik keras yang menusuk. Ada kebijaksanaan yang tersembunyi di balik setiap kritik, tinggal kita saja yang perlu membuka hati, menekan ego, dan bertanya, “Pelajaran apa yang bisa saya ambil dari sana?”

Kritik adalah bahan bakar untuk muhasabah, refleksi diri. Imam Al-Hasan Al-Bashri berkata, “Tidak ada yang lebih dicintai seorang mukmin daripada nasihat.” Kritik menjadi cermin yang memaksa kita melihat bayangan diri yang mungkin tak kita sukai, tetapi di situlah kita belajar. Begitu juga sabda Rasulullah, “Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan, dan Allah tidak akan menambah kepada seorang hamba yang memaafkan, melainkan kemuliaan.” (HR. Muslim). Jika kita salah, meminta maaf adalah kewajiban, sekalipun maaf itu tidak diterima. Dan, jika kita jatuh ke dalam lubang yang sama berulang kali, jangan khawatir menjadi keledai. Yang penting kita tahu bagaimana bangkit, tahu bagaimana belajar dari luka, dan tahu bagaimana melangkah lagi meski tersandung.

Karena hidup ini, kawan, adalah soal terus belajar. Dari setiap kritik, dari setiap cela, dari setiap hujatan. Kritik adalah tamparan yang menyadarkan, seperti pahitnya jamu yang menyembuhkan. Selama kita masih bisa minta maaf, selama kita masih berusaha memperbaiki, tidak ada yang sia-sia. Semua adalah pelajaran, semua adalah langkah menuju menjadi manusia yang lebih dewasa, lebih bijak. Jadi, telan kritik itu, rasakan pahitnya, dan biarkan ia menyembuhkan jiwa kita.

Write a Comment

Comment