Manusia adalah makhluk pencari. Dari awal sejarahnya, manusia selalu berupaya mencari jawaban untuk kebahagiaan dan hilangnya kesusahan hidup. Dalam pencarian itulah agama dan pemikiran lahir, menjelma menjadi ribuan konsep dan ajaran yang menyebar ke seluruh penjuru dunia. Kita dapati ada sekitar 4.000 hingga 10.000 agama di dunia, dan ratusan isme atau ideologi yang saling bersaing. Semua menawarkan tujuan yang sama: membawa kedamaian, menghapus penderitaan. Namun, di tengah keberagaman itu, muncul pertanyaan: jika semua agama dan isme itu benar, mengapa mereka berbeda?
Apakah mungkin semua jalan benar? Ataukah hanya ada satu kebenaran hakiki yang sesungguhnya?
Jalan Menuju Kebenaran: Mengapa Berbeda?
Di tengah berbagai keyakinan ini, semua mengklaim membawa kebenaran. Namun, jika semua itu benar, harusnya mereka berujung pada satu titik. Mengapa mereka tidak sejalan? Agama dan isme datang dengan janji yang serupa: kedamaian, kebahagiaan, pembebasan dari kesusahan. Namun jalan yang ditempuh justru penuh pertentangan, menyuguhkan prinsip dan cara pandang yang saling bertentangan.
Apakah mungkin bahwa semua itu benar? Atau barangkali, kebenaran hanya satu, terlepas dari sebanyak apa pun manusia berusaha menciptakan definisinya. Kebenaran tidak butuh pembenaran. Ia ada atau tidak ada, tapi tidak mungkin ada lebih dari satu yang sejati. Ibarat cahaya matahari, tetap satu meski ia menyinari dunia yang begitu luas.
Maka, jika kebenaran itu ada, seharusnya ia satu. Dan satu-satunya cara untuk menemukannya adalah dengan menguji jalan-jalan tersebut. Seperti kita menguji kualitas berlian dengan cahaya, agama dan pemikiran juga harus diuji dalam kehidupan nyata, bukan hanya sekadar konsep yang indah di atas kertas. Allah berfirman dalam Al-Quran:
“Dan katakanlah, ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin kafir, biarlah ia kafir.” (QS. Al-Kahfi: 29)
Solusi Kompleksitas Hidup
Agama atau isme yang benar, seharusnya mampu memberi panduan hidup yang komprehensif. Bukan parsial, bukan temporal. Manusia bukan hanya membutuhkan konsep spiritual untuk kehidupan setelah mati; kita juga membutuhkan pedoman untuk menjalani kehidupan dunia. Agama yang benar harus menyajikan solusi lengkap, mencakup hukum, moral, etika, serta panduan dalam hubungan sosial, politik, hingga ekonomi.
Islam hadir sebagai ajaran yang sempurna dan lengkap. Bukan hanya mengajarkan ritual ibadah, tetapi juga aturan dalam setiap aspek kehidupan. Islam mengatur bagaimana manusia berinteraksi dengan sesamanya, dengan alam, dan dengan Tuhannya. Allah menegaskan:
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Ma’idah: 3)
Ini bukan sekadar janji, tetapi penegasan bahwa Islam adalah solusi yang mencakup semua aspek kehidupan manusia.
Allah juga menyebutkan di dalam Al-Quran:
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89)
Artinya, jawaban harus mampu berdialog dengan setiap aspek kehidupan; keluarga, masyarakat, hubungan sosial, hingga etika dalam hubungan sesama makhluk.
Universal dan Tak Lekang Zaman
Kebenaran yang hakiki haruslah bersifat universal dan tidak terbatas waktu. Jika agama atau isme hanya berlaku di satu tempat atau pada satu generasi, itu berarti bukan kebenaran sejati. Kebenaran itu harus bisa diterapkan kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja, tanpa terkendala oleh ruang dan waktu. Islam hadir sebagai agama yang universal, berlaku untuk semua umat manusia hingga akhir zaman.
Islam hadir sebagai rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi semesta alam. Bukan hanya untuk jazirah Arab, bukan hanya untuk zaman dahulu, tetapi untuk semua manusia hingga akhir waktu. Setiap ajarannya punya hikmah bagi yang mau mempelajarinya, setiap amalnya punya manfaat bagi yang mau melakukannya.
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)
Di sana, kebenaran hadir dalam kesederhanaan yang agung. Ia tidak lekang, ia tidak pudar, meskipun zaman berganti. Ia hidup di mana pun dan kapan pun ada manusia yang mau membuka diri pada kebenaran.
Menakar Sosok Pembawa Risalah
Siapa sosok di balik ajaran ini? Apakah ia seorang yang haus akan ketenaran dan kekuasaan? Atau seorang yang benar-benar tulus menyampaikan kebenaran demi kebaikan umat manusia? Nabi Muhammad adalah sosok yang tidak pernah mengincar kedudukan atau kekayaan dunia. Beliau dikenal sebagai pribadi yang sederhana, bahkan menolak tawaran kekuasaan yang disodorkan kepadanya.
“Tidaklah aku diutus melainkan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad)
Ini adalah misi seorang yang penuh kasih kepada umatnya. Beliau tidak mencari keuntungan pribadi, tidak berambisi menguasai, tetapi mengemban amanah untuk membimbing umat manusia menuju kebenaran.
Para sahabat menggambarkan beliau sebagai sosok yang tidak tertarik pada dunia, bahkan dalam kesuksesan paling gemilang pun beliau tetap rendah hati. Abu Hurairah meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda:
“Hiduplah di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang dalam perjalanan.” (HR. Bukhari)
Ini bukan ucapan seorang pemimpin yang haus kuasa atau kekayaan.
Kebenaran yang Teruji
Dari ribuan agama dan isme, hanya ada satu ajaran yang memiliki ciri-ciri ini: Islam. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad ini telah diuji dalam sejarah panjang, mampu diterapkan di berbagai peradaban dan berbagai belahan dunia. Bahkan ketika diterapkan dalam kondisi yang paling buruk sekalipun, ia tetap berdiri sebagai solusi.
Dan lebih dari itu, Islam tidak sekadar membicarakan kehidupan dunia. Islam menawarkan solusi abadi untuk akhirat, yang tidak bisa disamai oleh ideologi atau isme mana pun. Kebahagiaan yang Islam tawarkan adalah kebahagiaan sejati yang tidak berujung, di dunia dan di akhirat.
“Barang siapa menginginkan keuntungan di dunia, maka di sisi Allah ada keuntungan dunia dan akhirat.” (QS. An-Nisa: 134)
Islam adalah rumah bagi mereka yang mencari jalan keluar dari resah. Di antara segala yang fana dan selalu berubah, Islam bertahan sebagai solusi yang nyata. Bukan janji kosong. Bukan sebatas teori atau sekadar ide.
“Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (QS. Taha: 124)
Kebenaran dalam Islam bukanlah subjektif atau spekulatif. Islam mengajarkan bahwa hanya ada satu kebenaran, satu jalan lurus. Dan itu adalah jalan yang diturunkan dari Allah kepada seluruh manusia melalui Nabi Muhammad.
Islam; Solusi Hakiki
Ragam agama dan isme telah hadir menghiasi sejarah manusia. Semua menjanjikan kebahagiaan, namun hanya sedikit yang mampu memberikan solusi nyata. Islam hadir, bukan sekadar ajaran moral atau isme. Islam adalah panduan hidup yang komprehensif, tidak lekang oleh waktu, dan diperuntukkan bagi seluruh manusia, kapan pun dan di mana pun. Islam tidak hanya sekadar teori, tetapi pedoman yang utuh, praktis, dan sempurna untuk menghadapi segala tantangan kehidupan.
Jadi di tengah 4.000 agama dan ratusan isme, hanya Islam yang tetap berdiri sebagai solusi hakiki, mengalir dari Yang Maha Benar. Bukan sekadar janji, tetapi nyata dengan ajaran yang mengikat akal dan fitrah. Hingga mampu menuntun manusia ke arah kebenaran sejati dan kedamaian yang hakiki.
“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)