by

Fokus Itu Kejam

Fokus Itu Jalan Tanpa Pagar, Tapi Membatasi

Fokus adalah pilihan yang kejam, bahkan untuk jiwa yang teguh. Ia bukanlah cara menambah, menimbun, atau mengumpulkan, melainkan seni memilih yang sedikit, dan melepas yang banyak. Fokus tidak bertanya, “Apa yang bisa saya lakukan juga?” Fokus berkata, “Apa yang harus saya tinggalkan?”

Kehidupan ini, seolah tak habis-habisnya memberi banyak jalan yang terlihat menjanjikan. Namun, dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Allah tidak menjadikan bagi seseorang dua hati dalam rongganya.” (QS. Al-Ahzab: 4). Hanya ada satu hati untuk satu jalan. Fokus itu tidak bisa dipecah-pecah, tidak bisa dipisah-pisah. Kalau iya, maka semuanya akan jadi bayangan buram.

Maka, jalan fokus adalah jalan yang sempit, tidak berpagar tapi penuh batas. Siapa yang mencoba menggapai banyak hal sekaligus, dia akan tersesat di tengah simpang-siur.

Fokus Menuntut Keberanian untuk Kehilangan

Fokus itu keras. Ia tidak memberi ruang untuk kompromi. Di dunia yang mengagungkan multitasking dan serba cepat, fokus menuntut kita untuk berkata “tidak” pada sebagian besar hal yang lewat di depan mata. Fokus tidak memberi ruang untuk seribu pintu terbuka; ia menutupnya satu demi satu, hingga hanya satu yang tersisa.

Rasulullah bersabda, “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi). Meninggalkan, merelakan, adalah tindakan yang membuat kita merasa kecil, namun sesungguhnya di situ letak kekuatan. Hanya dengan menolak sebagian besar, kita bisa berpegang teguh pada yang sedikit dan berharga.

Keberanian ini bukan untuk setiap orang. Ini adalah keberanian untuk kehilangan. Dan hanya sedikit yang mampu melakukannya, karena kehilangan tidak pernah terasa menyenangkan.

FOMO: Ketakutan yang Melelahkan Tapi Menjebak

Manusia itu serupa anak kecil yang mudah teralihkan oleh kilauan mainan baru. Kita merasa gelisah ketika melihat orang lain melangkah di jalan yang berbeda, takut tertinggal, takut dianggap tidak sejalan dengan kemajuan. FOMO (Fear of Missing Out) bukanlah sekadar istilah; ia adalah penyakit yang melumpuhkan fokus.

Allah memperingatkan dalam QS. Al-Hadid: 20, “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan, hiburan, perhiasan, dan saling berbangga di antara kamu…” Dunia ini adalah gelanggang yang memamerkan kilauan palsu. FOMO hanya membuat kita terombang-ambing, terjebak dalam bayangan orang lain, tanpa menemukan arah sendiri.

Maka, fokus adalah tentang berdiri kokoh di jalan kita, meski di kanan dan kiri jalan, dunia menggoda dengan segala tipu dayanya. Fokus menuntut kita untuk menolak terlibat dalam kesibukan yang tidak perlu. Fokus adalah bersikap keras pada diri sendiri, memilih tanpa ragu.

Shiny Object Syndrome: Godaan untuk Selalu Berpindah

Jika FOMO adalah ketakutan akan ketertinggalan, maka Shiny Object Syndrome adalah godaan untuk melompat dari satu hal ke hal lain tanpa henti. Setiap kali ada hal baru, hati kita tergoda. Kita ingin mencobanya. Tapi apakah kita mampu bertahan?

Seorang ulama pernah berkata, “Barangsiapa mengejar ilmu tanpa tujuan, dia akan kehabisan tenaga tanpa hasil.” Begitu juga ketika kita berpindah-pindah tujuan, mengejar kilauan tanpa arah. Fokus adalah menahan godaan ini, bertahan pada pilihan kita, sampai kita mencapai kedalaman.

Shiny Object Syndrome adalah cermin dari ketidaktetapan hati. Fokus, sebaliknya, adalah kesetiaan pada pilihan, yang menuntut kita untuk setia pada satu jalan, tidak tergoda untuk mencoba semua hal yang hanya tampak indah di permukaan.

Fokus Itu Latihan Menundukkan Nafsu

Fokus bukan sekadar kemampuan teknis. Fokus adalah latihan untuk menundukkan hasrat kita yang mengembara. Latihan untuk menaklukkan keinginan-keinginan kecil yang muncul di setiap waktu. Ini adalah soal keteguhan, soal keberanian menghadapi diri sendiri, soal perang batin yang terus-menerus.

Imam Ahmad bin Hanbal mengingatkan, “Jika engkau sibuk dengan hal yang bermanfaat, engkau akan terhindar dari hal yang sia-sia.” Fokus berarti menempuh jalan yang bermanfaat dan menjauhkan diri dari berbagai jalan tanpa faedah. Ini adalah kekuatan mental untuk bertahan dalam disiplin diri, untuk terus melangkah pada jalan yang kita pilih, meski seribu godaan datang.

Fokus itu membuat kita belajar untuk menakar diri, membatasi diri, menghargai apa yang sedikit tapi dalam.

Kejamnya Fokus: Sedikit Tapi Penuh Makna

Di balik sifatnya yang kejam, fokus sebenarnya adalah jalan menuju kedalaman dan makna. Ketika kita memilih sedikit, kita akan menemukan kedalaman pada yang kita pilih itu. Ketika kita hanya memegang satu hal, kita akan belajar memahaminya dengan lebih mendalam, lebih bermakna.

Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk: 15, “Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah dari rezeki-Nya…” Fokus berarti memilih jalan yang sesungguhnya, bukan sekadar jalan yang berkilau tapi hampa. Fokus memberi kita kekuatan untuk menutup telinga dari seruan dunia dan berjalan di jalan kita sendiri.

Mereka yang fokus akan mencapai kedalaman, yang tidak akan pernah diraih oleh mereka yang mengumpulkan banyak hal tanpa makna. Di balik kejamnya fokus, ada kepuasan yang abadi.

Fokus Itu Pilihan Untuk Menemukan Diri

Fokus itu kejam, karena ia menuntut kita untuk menolak hampir semuanya. Tapi fokus juga adalah jalan yang jujur. Jalan yang membuat kita benar-benar menemukan diri. Siapa yang memilih jalan ini, dia akan meninggalkan banyak hal, namun dia akan menemukan sesuatu yang lebih bermakna di dalamnya.

Sebagaimana Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai apabila salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, dia melakukannya dengan itqan (tekun dan sempurna).” (HR. Ath-Thabrani). Fokus adalah tentang itqan; tentang ketekunan, tentang melakukan sesuatu dengan sempurna.

Maka, di akhir jalan ini, kita tidak hanya menemukan hasil. Kita menemukan diri. Dan itu lebih berharga dari segalanya.

Write a Comment

Comment