by

Burungku Sakit

Burungku, yang dulu terbang tinggi tanpa ragu
Dengan sayap perkasa membelah langit biru
Kini terkapar di dahan yang rapuh
Tertatih-tatih di bawah bayang kekuasaan yang membatu

Dulu, angin membawanya menari di atas awan
Kini, rantai-rantai tak terlihat mencekik perlahan
Oligarki dan politik dinasti, bak racun yang merayap diam-diam
Menggerogoti semangat yang dulu tak pernah tenggelam

Burungku sekarat, bukan karena usia
Tapi karena nestapa, karena cinta yang dipaksa buta
Pada kepentingan yang sempit, pada harta nafsu durjana
Ia merintih dalam bisu, menunggu pagi yang tak kunjung tiba

Tapi Garudaku takkan sirna
Dalam dadanya, masih tersimpan cahaya
Kecil, namun berani menantang sang pemilik tahta
Menentang mereka yang ingin merenggut kebebasan terakhirnya

Burungku sakit, tapi ia belum kalah
Selama masih ada yang percaya
Bahwa langit itu luas, dan angin masih setia
Membawanya terbang kembali ke rumah Pancasila

Write a Comment

Comment