Semua orang jahat. Begitulah kita merasa saat hati masih terkungkung oleh prasangka. Kita melihat dunia ini melalui celah sempit pikiran yang penuh syak wasangka. Tapi, ketika kita membuka diri, ketika kita berani mengenal mereka lebih dekat, kita sadar bahwa di balik setiap sikap dan tindakan ada cerita yang belum kita pahami.
Tidak ada kewajiban untuk akrab dengan semua orang. Yang ada hanya kewajiban untuk berbuat baik, bahkan kepada mereka yang kita anggap ‘jahat’. Nabi Muhammad bersabda, “Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kita perlu berakhlak, tak peduli sekeras apa jalan menuju Surga yang kita tempuh. Allah berfirman, “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan dia ada permusuhan akan menjadi seperti teman yang setia.” (QS. Fussilat: 34).
Bergaul secukupnya, berbuat baik selayaknya. Adalah pilihan, untuk tetap berakhlak mulia meskipun dunia menawarkan banyak alasan untuk sebaliknya. Karena hidup ini bukan soal menghindari duri di jalan, melainkan soal keberanian berjalan meski tahu ada duri-duri itu. Ya, jalan ke Surga memang menanjak dan berduri. Tapi, bukankah hanya mereka yang berani berakhlak mulia yang layak mencapai puncaknya? Sebab, sebagaimana pesan para bijak, “Memaafkan adalah akhlak para Nabi.”
Semua orang mungkin tampak jahat pada awalnya, hingga kita berani untuk melangkah lebih dekat, untuk mengerti, dan memberi kesempatan. Kita berjarak karena takut, karena prasangka yang lebih dulu tumbuh daripada niat baik untuk mengerti. Dunia ini luas, lebih luas dari prasangka kita, dan kebaikan akan selalu menemukan jalannya. Berjalanlah dengan hati yang terbuka, karena kita tak pernah tahu kebaikan macam apa yang akan kita temukan di balik satu sapaan, satu senyum, atau satu percakapan sederhana.
Kita bisa memilih, menambah kegelapan dengan benci, atau menyalakan secercah cahaya di tengah kelam. Semua orang mungkin tampak jahat, hingga kita mengenal mereka lebih dalam, atau hingga kita berani mengubah cara pandang kita. Bukankah, pada akhirnya, kita ini manusia yang sama-sama mencari, sama-sama berjalan? Semua tampak jahat sampai kita berani memahami.
Tentu, tidak semua orang bisa menjadi sahabat, tapi semua orang adalah guru. Semua orang adalah jalan bagi kita untuk belajar, tumbuh, dan menjadi lebih baik. Dan dalam perjalanan itu, biarlah kita tetap berani, tetap beradab, karena itulah cara kita menuju ke Surga, setapak demi setapak, meski penuh kerikil dan duri.