by

Kantuk Itu Fiksi

Sering kali kita merasa kantuk yang aneh. Ketika ingin bangun sholat malam, kantuk menyergap. Begitu juga saat membaca Al-Qur’an atau menghadiri kajian keislaman. Namun, ketika layar ponsel menyala, kantuk itu lenyap seketika. Masalah ini bukan tentang fisik yang lelah, tapi hati yang lemah. Kita tak percaya pada impian kita, lebih memilih tenggelam dalam arus konten tanpa henti.

Allah berfirman: “Dan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri…” (QS. Al-Ankabut: 6). Sejatinya, jihad melawan kantuk dan kemalasan adalah jihad terbesar, jihad melawan hawa nafsu. Kita ingat lagi sabda Rasulullah, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Begitu pula kantuk yang kita rasakan, tergantung pada niat kita. Yakinlah, kantuk bukanlah masalah yang tidak bisa kita kalahkan. Kantuk hanyalah fiksi yang teramat sering kita percaya. Jika kita mampu mengendalikannya, kita bisa menguasai hari kita, kehidupan kita, dan lebih dari itu, masa depan kita. Maka, ayo ubah niat, teguhkan tekad, jangan sampai kantuk mengubur impian dan semangat. Mari keluar dari fiksi ini, temukan jalan menuju cahaya pagi yang sebening doa dan usaha.

Solusinya ada pada dialog dengan diri, menulis, merenung, dan menelaah kisah-kisah penuh hikmah. Kita butuh kesadaran untuk bangkit dari kantuk ini, menyadari bahwa dunia menunggu kontribusi kita. Sebab, penduduk bumi menanti kita bangkit dari rasa malas dan kantuk yang memerangkap. Allah mengingatkan dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11). Saatnya berhenti beralasan dan mulai berbuat.

Write a Comment

Comment