Hidup Jalan Di Tempat
“Apa impianmu?”
“What do you want?”
“What will you do with your life?”
Bayangkan jika sejak usia TK guru mencekok’i kita dengan tiga pertanyaan tersebut. Lalu hal itu terus berlanjut sampai SMA (dengan asumsi anda taat wajib sekolah 18 tahun). Tentu hidup akan terasa heroik seperti kisah manga atau anime. Tapi sekolah terlalu sibuk dengan ujian dan rapor. Akhirnya banyak anak setelah wisuda menjadi generasi bingung. Kerja tidak bisa, nikah tidak berani.
Lalu di sinilah kita menjadi orang dewasa. Ada saatnya kita muak dengan perlombaan akumulasi materi duniawi dan hingar-bingar media sosial. Kita diam, duduk bersandar dengan nyaman, mata menerawang ke langit (atau langit-langit). Jauh di dalam lubuk hati kita pasti ada impian-impian gila yang belum tergapai. Pasti ada idealisme diri yang merajuk minta dieksekusi. Tapi seiring berjalannya waktu, semakin tua kita semakin jauh pula impian dan idealisme itu. Kita (pura-pura) lupa dan menyerah tanpa syarat dengan dalih “realistis saja”.
Ada penjelasan kenapa hal itu terjadi. Namanya “self-sabotage”. Setidaknya ada 3 cara kita menyabotase hidup kita sendiri:
- Distractions.
- Fear of failure.
- Fear of rejection.
Itu review dari buku yang sedang saya baca “Sabotage: How to Silence Your Inner Critic and Get Out of Your Own Way” oleh Emma Gannon. Tentu saja saya membacanya karena saya merasa hidup saya stagnan. Jadi jika anda merasa yang demikian, tidak perlu risau karena anda tidak sendirian. Insya Alloh akan saya tulis faedah-faedah dari buku tersebut.