Hamil Duluan, Siapa yang Benar?
Terpampang headline “15 ribu anak ajukan dispensasi menikah di jatim, 80% hamil duluan”. Hukum statistika adalah yang tidak terpublikasikan jauh lebih masif ketimbang yang terpublikasikan. Abaikan istilah dispensasi menikah, mari fokus ke hamil duluan. So, ini semua salah siapa? Mari kita runut kenapa anak gadis bisa hamil duluan.
Awalnya anak tidak punya (atau minim) bekal iman dan ilmu. Banyak anak baligh tapi tidak tamyiz. Fisiknya sudah besar tapi belum bisa membedakan baik dan buruk. Ketika libido mulai bergelora lingkungan “memfasilitasi” dengan pergaulan lawan jenis hampir tanpa batas. Anak-anak mendapat “motivasi dan inspirasi” dari tontonan. Mulai dari tips merayu hingga trik menggauli anak orang. Pakaian juga turut andil. Yang berjilbab pun tergoda untuk tampil seksi. Jilbab yang semula bertujuan menutupi, kini sekedar membungkus rapat-rapat memamerkan lekuk tubuh mereka. Orang tua sibuk cari uang. Guru dan dosen sibuk cetak rapot. Tetangga sibuk cek status WA. Masjid dan musholla cukup buat jumatan dan tadarusan.
Akhirnya terjadilah apa yang terjadi. Untuk menutupi aib, mereka dinikahkan. Padahal anak hasil zina tidak punya bapak secara syariat. Dia hanya punya bapak biologis. Itulah kenapa Islam sangat obsesif dengan nasab. Karena zina merusak segalanya.
Namun satu kesulitan memiliki minimal dua kemudahan. Jaman jahiliyyah di tanah Arab dahulu kala lebih parah, tapi mereka bisa sembuh. Sampai sini menjadi tugas individu untuk mencari tahu jawaban dari “siapa yang benar?”